Loading...
Search

Karena IndiHome, Blogspedia Group Ada!

karena IndiHome Blogspedia Group ada

Cogito Ergo Sum

Aku yakin Cupuers nggak asing dengan kata-kata itu kan? Sebuah ungkapan dari seorang filsuf ternama asal Prancis, Descartes.

Aku berpikir, maka aku ada.” Begitulah ungkapan tersebut jika dialihbahasakan ke Indonesia. Meski banyak pro dan kontra terkait ungkapan itu, Cogito Ergo Sum masih santer dikutip di mana dan oleh siapa saja.

Namun saat ini aku tak sedang ingin membahas soal ungkapan Descartes tersebut. Tidak pula akan membahas soal pro dan kontranya. Aku hanya mau cerita tentang perjalananku sebagai seorang MomBlogger Cupu hingga lahirlah Blogspedia Group.

Pasti Cupuers makin bertanya-tanya ya, lalu apa hubungannya dengan Cogito Ergo Sum? Kalau mau tahu, baca dulu ceritaku sampai selesai ya…

From Blazer to Daster

Mengetikkan cerita ini di atas meja kerja warna putihku, ada haru yang melingkupi hati. Tak menyangka sudah sepuluh tahun aku ‘menanggalkan blazer’ dan beralih menjadi seorang work at home mom.

Saat memilih resign dari posisi tim akademis sekaligus asisten manajer pada sebuah lembaga bahasa Inggris di kotaku, aku sama sekali tak pernah berpikir akan berada di titik ini. Tepatnya pada 2012, beberapa bulan setelah malaikat kecil pertama terlahir dari rahimku, sebuah keadaan memaksaku menggantungkan cita-cita.

Cita-cita untuk bertumbuh menjadi wanita karir yang sukses, menjadi alpha woman atau kalau anak zaman now bilang jadi cewek mamba, tetiba harus kandas. Naluri sebagai seorang ibu menghempas egoku.

Tak pernah sedikitpun terbersit akan resign dari posisiku saat itu. Pengajuan cuti melahirkan kuserahkan sepekan sebelum bayiku hadir di muka bumi.

Rencanaku saat itu, usai cuti melahirkan tiga bulan, aku akan kembali bercengkrama dengan rutinitasku;

  • Menyeleksi dan memilih tutor baru
  • Memberikan pelatihan kepada tutor baru
  • Mengatur jadwal para tutor
  • Membuat laporan kinerja
  • Membantu tim marketing presentasi ke sekolah-sekolah
  • Mengajar beberapa kelas, baik di dalam lembaga maupun di sekolah-sekolah yang bekerjasama dengan lembaga

Aku sangat menikmati setiap aktivitasku sebagai tim akademis, asisten manajer sekaligus tutor di tempat kerja saat itu. Selain karena sejalan dengan pendidikanku, aku suka bekerja dan segala tantangan yang kuhadapi.

Walau harus berangkat pukul 08.00 dan pulang pukul 20.00, aku happy dengan pekerjaanku saat itu. Namun ternyata Allah punya takdir lain untukku.

Takdir yang awalnya pernah kurutuki. Bukanlah sebuah keputusan yang mudah melepas karir yang sedang kubangun. Namun menatap bola mata bayi kecil yang polos itu menguatkanku untuk keluar dari zona nyaman.

Sebelum memutuskan resign, aku sudah berupaya sekuat tenaga menemukan pengasuh yang tepat. Dari satu kampung ke kampung lainnya, aku mencari orang yang bisa dipercaya untuk mengasuh bayiku.

Tak kutemukan!

Sementara aku dan suami dipaksa keadaan untuk mandiri. Saat pasangan muda lainnya ketika keduanya bekerja dengan mudah menitipkan anak-anak kepada orang tua mereka, kami tak bisa melakukan hal tersebut.

Ibuku saat itu sakit stroke. Tentu saja tak mungkin merawat anakku. Bahkan aku yang seharusnya menjadi perawat untuk beliau.

Sementara mama mertua tinggal di negeri seberang. Jarak yang terbentang begitu lebar, semakin tak memungkinkan buat kami menitipkan pengasuhan pada sang oma.

Akhirnya setelah diskusi yang cukup serius, aku dan suami memutuskan bahwa pengasuhan malaikat kecil kami tidak akan didelegasikan pada siapapun. Alias langsung kutangani sendiri.

Jetlag!

adaptasi kehidupan IRT

Awalnya berkutat dengan pekerjaan publik, tiba-tiba setiap hari harus dihadapkan dengan bayi yang rewel, tumpukan baju dan piring-piring yang minta dicuci. Sungguh tak mudah!

Aku butuh waktu adaptasi yang cukup lama. Bahkan baby blues sempat menyerang. Merasa diri tak berguna, insecure berlebihan hingga kehilangan semangat untuk menjalani hari.

Sebenarnya beberapa tetangga menitipkan anak-anaknya untuk belajar bahasa Inggris kepadaku. Saat itu aku ambil saja kesempatan itu, at least bisa punya uang jajan sendiri.

Namun aku masih merasa tak puas. Padahal suami menafkahiku dengan cukup, bahkan ia rela berganti kantor demi dapat penghasilan lebih besar.

Ya, namanya biasa pegang duit sendiri dengan jumlah yang cukup lumayan pada zamannya. Tiba-tiba harus berada pada situasi tak punya sepeserpun uang pribadi, rasanya uwow sekali, Cupuers.

Awal Mula Meniti Karir Sebagai Content Writer

Hiburanku saat itu hanyalah berselancar di media sosial besutan Mark Zuckerberg. 10 tahun lalu, koneksi internet belum sebagus sekarang tentunya. Namun aku sudah bisa merasakan manfaat internet yang kemudian mengubah jalan hidup.

Lewat Facebook, aku berkenalan dengan beberapa komunitas. Sebagai ibu baru, aku gencar mencari komunitas parenting. Tentu saja untuk belajar bagaimana mengasuh anak dengan baik.

Hingga kemudian aku mendapat ‘durian runtuh.’ Bukan hanya komunitas parenting yang kemudian kutemui, tetapi juga komunitas-komunitas menulis.

Saat itu aku baru tersadar, betapa selama ini aku seperti kucing di dalam karung. Aku hanya tahu dunia sebatas pekerjaan yang kugeluti. Tanpa tahu kalau di luar itu ada dunia tanpa sekat.

Dunia yang bisa mempertemukan orang dari segala penjuru. Dunia yang bisa menautkan pemberi dan pencari kerja. Dunia yang disatukan lewat jaringan internet.

Seiring dengan hidden gem itu kutemukan, dua netraku bersitatap dengan sebuah informasi pendek yang dituliskan oleh mantan teman kerjaku di bio Facebooknya. Ia menuliskan bahwa pekerjaannya saat itu adalah tukang ketik di suatu tempat.

Entah kenapa hatiku tergerak saat membacanya. Aku kemudian memulai chat dengannya. Dari temanku inilah, aku berkenalan dengan sebuah profesi bernama Content Writer.

memulai profesi content writer

Awalnya aku tak punya bayangan sama sekali seperti apa scope of work dari seorang penulis konten. Miss Fitri, nama temanku itu, menceritakan beberapa hal terkait profesi yang dilakoninya.
Mataku berbinar. Aku merasa menemukan hidden gem lain. Aku juga jadi teringat sebuah cita-cita lama semasa kuliah; ingin menjadi penulis!

Ahaay, inikah kejutan yang Allah persiapkan untukku?

Miss Fitri kemudian menawariku untuk mengirimkan surat lamaran ke tempat kerjanya. Saat itu ia menyampaikan bahwa penulis konten di kantornya ada dua jenis; full time dan freelance.

Aku mencoba melamar sebagai freelance tentunya. Biar aku bisa kerja dari rumah dan tak mengganggu tanggungjawabku sebagai ibu.

Sayangnya, lamaranku saat itu belum diterima. Ternyata kantor Miss Fitri mencari karyawan yang bisa full time.

Aku sempat sedih beberapa saat, tapi tak lama. Miss Fitri kembali membawa kabar gembira.
Selain bekerja full time di kantornya, Miss Fitri ternyata juga bekerjasama dengan seorang peternak blog. Sebut saja namanya Mas Doel.

Singkat cerita, Mas Doel membutuhkan tambahan penulis untuk blog-blog yang dikelolanya. Miss Fitri pun kemudian mengenalkanku pada sosok laki-laki baik hati ini.

Mas Doel meminta contoh tulisan berbahasa Inggris. Aku mengirimkan dengan harap-harap cemas. Ternyata doi cocok dengan gaya tulisanku, lalu mengajakku untuk wawancara virtual.

Saat itu belum kenal sama yang namanya Zoom dan kawan-kawan. Kami melakukan interview virtual via Yahoo Messenger. Mas Doel menceritakan sedikit tentang task apa saja yang harus kulakukan.

Tanpa perlu waktu lama, aku diterima sebagai tim penulis Mas Doel. Itu adalah awal mula aku berkenalan dengan Basic SEO. Walau sesungguhnya saat itu aku nggak ngerti sih kalau yang kulakukan adalah penerapan dari SEO on Page, wkwk.

Pokoknya saat itu aku hanya menulis sesuai dengan panduan yang diberikan Mas Doel. Dalam sehari aku menulis 5-7 artikel berbahasa Inggris. Awalnya puyeng, lama-lama aku menikmati.

Internet adalah kendala paling utama dalam menjalani profesi content writer. Saat itu aku masih mengandalkan kuota yang nggak seberapa. Telepon seluler yang kupakai saat itu juga belum secanggih sekarang.

Setiap pagi setelah selesai memandikan dan merawat ibu, juga menyelesaikan pekerjaan domestik harian, aku bergegas menuju warung internet (warnet) yang lokasinya di seberang jalan gang rumahku. Aku mengumpulkan materi yang bisa kujadikan referensi tulisan sesuai dengan keyword yang diberikan Mas Doel.

Setelah merasa materi yang kukumpulkan cukup, aku kembali ke rumah. Membuka laptop merah kesayangan yang keyboard bawaanya sudah tak berbentuk, aku menulis artikel berdasarkan referensi yang kupunya.

Biasanya sore atau malam, saat adikku sudah pulang dari sekolah, aku titipkan bayiku padanya dan aku beranjak menuju warnet lagi. Bukan untuk mencari materi, tapi saatnya posting artikel yang sudah kukerjakan seharian.

Bolak-balik ke warnet menjadi jalan ninjaku sampai kurang lebih setahun. Hingga di satu titik, aku merasa sudah nggak sanggup untuk bekerja dengan cara seperti itu lagi.

Anakku semakin besar dan aktif, aku nggak bisa terus-terusan membawanya ke warnet. Sementara adikku yang biasa membantuku mengasuh si bayi meninggal dunia pada awal Februari 2013.

modem wifi IndIHome dari Telkom Indonesia

Suami mendapat informasi kalau perumahan kami sudah menjadi coverage area-nya Speedy, jaringan wifi rumahan yang dikelola oleh Telkom Indonesia. Bisa dibilang Speedy adalah cikal bakal IndiHome.

Mendengar kalau aku mau memasang Speedy di rumah, Mas Doel mendukungku. Bahkan ia mengirimkan biaya pemasangan dan membayari tagihan bulanannya. Baik banget kan bosku ini?

Masih ingat dengan jelas tagihan Speedy yang harus kubayar saat itu Rp75.000 per bulan. Aku nggak perlu ke luar rumah dan bisa mengakses internet tanpa batas sesuka hati.

Tanpa takut kehabisan kuota. Kalaupun ada error, customer service Telkom Indonesia selalu sigap melayani. Apabila bantuan yang diberikan lewat panggilan telepon belum mengatasi permasalahan yang kuhadapi, teknisi akan segera dikirimkan tanpa perlu menunggu lama.

Sejak ada wifi di rumah, manfaat internet makin kurasakan berlipat-lipat. Tak hanya menjadi penulis konten untuk Mas Doel, aku juga mulai mengenal beberapa situs yang mempertemukan freelancer dengan proyek yang cocok.

Aku mendapat pekerjaan yang dihargai dengan dollar pertama kali dari situs Elance kalau tak salah. Semacam Upwork pada zamannya gitu deh.

Dari Content Writer Menuju Personal Blogger

Aku sangat menikmati hari-hariku sebagai penulis artikel untuk blog-blognya Mas Doel dan beberapa klien lain. Namun terkadang aku juga merasa jenuh.

Menjadi penulis konten artinya aku harus menulis artikel yang topiknya seringkali nggak gue banget. Setelah kurang lebih empat tahun bekerjasama dengan Mas Doel, aku sering merasa stuck dengan keyword yang diberikan.

Blog-blog yang dikelola Mas Doel memang punya niche spesifik. Hingga seringkali keyword yang harus aku kembangkan menjadi artikel sangat mirip antara satu dengan lainnya.

Iya sih, itu adalah tantangan sebagai seorang penulis konten. Namun aku makin merasa kemampuan menulisku nggak berkembang.

Hingga kemudian aku dipertemukan dengan teman-teman dari Gandjel Rel, sebuah komunitas blogger perempuan di Semarang. Memang sih sejak 2013 aku sudah punya blog, tapi lebih banyak bersarang-laba.

Maklum aku hanya mengisinya saat pekerjaanku sebagai Content Writer nggak terlalu hectic. Maka jangan heran kalau blog personalku saat itu hanya ada update beberapa bulan sekali.

Nah, karena temen-temen dari Gandjel Rel, mataku terbuka bahwa peluang sebagai personal blogger sangat lebar. Aku mulai berpikir untuk lebih serius mengelola blog.

manfaat internet untuk IRT

Sudah saatnya aku membesarkan blog sendiri, pikirku saat itu. Apalagi ketika anak keduaku lahir, aku makin kesusahan membagi waktu antara menulis artikel untuk Mas Doel, mengurus kerjaan domestik dan mengasuh anak.

Setelah berdiskusi dengan suami, aku pamit ke Mas Doel baik-baik. Anak-anak tetap menjadi prioritas utama. Namun tak dipungkiri, emak juga butuh cuan buat pegangan pribadi.

Agar bisa bekerja lebih fleksibel, aku memilih untuk bekerja secara freelance. Saat masih menjadi tim Mas Doel, meski kerja dari rumah, hitungannya full time. Bahkan aku digaji secara bulanan, bukan per project.

Dengan pengalamanku dan modal ilmu yang diberikan oleh Mas Doel, selain fokus pada blog personal, aku juga membuat blog sebagai branding untuk jasa penulisan artikel. Saat itu aku memberi nama jasa tersebut sebagai Bright Content.

Belum kukelola secara serius. Bahkan masih menggunakan sub domain dari Blogspot. Maklum saat itu aku lebih banyak mendapat pekerjaan dari Facebook dan situs-situs semacam freelancer.com, elance.com, dll.

Sebagai bukti keseriusanku mengelola blog, aku memasang top level domain pada blog Marita’s Palace. Blog pertamaku yang nggak punya niche khusus itu alhamdulillah bisa menghasilkan cuan pertama dua minggu setelah TLD terpasang.

Mendapat sponsored post pertama kali senilai harga perpanjangan domain untuk setahun tentu saja membuatku girang. Aku semakin getol mengisi blogku dengan artikel-artikel baru.

Aku mempelajari cara memasang template, mempercantik tampilan blog, dan printilan lainnya terkait blogging dengan autodidak. Sesekali aku juga bertanya pada teman yang lebih dulu berkecimpung di dunia blogging.

Bersyukur saat itu sudah ada Speedy yang terpasang di rumah, sehingga aku lebih mudah berselancar ke sana ke mari mencari tutorial ini dan itu.

Menjadi Profesional, Bukan Sekadar Cuan Tapi Menebar Manfaat Makin Luas

Kalau sudah menggeluti suatu bidang, aku bisa menjadi sangat serius dan nggak mau setengah-setengah. Begitu juga saat akhirnya nyemplung ke dunia blogging.

Meski bisa dibilang, progressku tak secepat blogger lainnya, aku sangat mencintai segala tantangan yang ada di dunia blogging. Sejak pertama kali memutuskan go professional pada 2016, aku terus berusaha meningkatkan kapasitas dan kualitas diri dengan mengikuti beberapa kelas.

Kelas pertama yang kuikuti adalah Fun Blogging. Saat itu tiga blogger senior kenamaan menjadi pematerinya. Ada mbak Shintaries, teh Ani Berta dan mbak Haya Aliya Zaki.

Materi-materi yang kudapatkan lewat Fun Blogging menjadi dasar perjalananku sebagai blogger. Tak berhenti di situ, aku juga bergabung dengan beragam komunitas blogger yang dulu bermula di Facebook, kemudian kini berkembang menjadi Whatsapp Group.

Ada banyak komunitas blogger yang kuikuti, selain Gandjel Rel, aku juga bergabung dengan Blogger Perempuan, ISB (Indonesian Social Blogpreneur), KEB (Komunitas Emak Blogger), IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis), OBS (ODOP Blogger Squad), BRTnetwork, dsb.

Dari komunitas-komunitas tersebut, aku banyak belajar dari sharing yang dibagikan oleh sesama blogger. Tak hanya membintangi beberapa sharing yang penting, aku juga seringkali mengikatnya sebagai tulisan agar ilmu yang kudapat tak terlupakan di kemudian hari.

Bergabung dengan komunitas blogger juga membuka jalan rezeki lebih lebar. Aku mendapat info-info job dan blogger gathering dari komunitas-komunitas itu.

Senang rasanya saat bisa berkumpul dengan sesama blogger ketika ada brand atau institusi yang mengadakan event. Selain bisa menambah pundi-pundi penghasilan, aku juga bisa mendapat tambahan ilmu pengetahuan yang beraneka ragam. Dari kecantikan, kebangsaan, sampai parenting.

Pandemi kemudian menghantam bumi pada 2020. Semua event yang tadinya offline digelar secara daring. Bahkan sekolahnya anak-anak juga harus dilakukan secara virtual.

Bersyukur saat itu aku sudah berlangganan wifi di rumah. Bukan lagi Speedy dong. Sejak mengembangkan jaringan fiber optic mulai tahun 2015, Speedy telah bertumbuh menjadi fiber optic high speed internet dan rebranding dengan nama IndiHome. Dari segi kecepatan, kualitas jaringan dan pelayanan tentu semakin baik dari hari ke hari.

Ketika semua orang mulai kewalahan dengan segala macam virtual event, beradaptasi dengan work from office menjadi work from home, aku sudah menjalaninya sejak 2012. Gara-gara jadi pelopor pengguna wifi di pemukiman, banyak tetangga berkonsultasi saat akan memasang wifi di rumahnya.

Berbeda ketika aku pertama kali memasang wifi, satu-satunya provider yang tersedia hanya Telkom Indonesia. Kini pesaing mulai masuk, tetapi tetap IndiHome yang kusarankan kepada para tetangga.

Salah satu hikmah pandemi adalah banyaknya komunitas yang rajin menggeber kelas-kelas online. Jika sebelumnya, sharing dari sesama blogger hanya dilakukan secara spontan di Whatsapp Group, sejak pandemi kelas untuk blogger bertebaran.

Aku juga mengikuti beberapa kelas. Salah satunya kelas dari BRTnetwork, sebuah kelas online yang kemudian menginspirasiku membuat pelatihan blog untuk pemula bernama Blogspedia Coaching.

awal mula blogspedia coaching

Awalnya alasan terbesarku membuat pelatihan tersebut karena sedih melihat sesama peserta coaching BRTnetwork berguguran. Sistem pembelajaran di kelas tersebut memang sangat disiplin dan ketat, sistem yang kemudian juga kuadopsi di Blogspedia.

Karena kuakui cara tersebut memacu peserta untuk benar-benar giat belajar dan serius mengikuti materi agar bisa bertahan sampai akhir. Dari pengamatanku selama menjadi peserta coaching, beberapa rekan blogger yang basic skill-nya kurang mumpuni akan mudah gugur di tengah jalan.

Meski ada beberapa kelas yang membagikan pengetahuan dan teknis dasar blogging, yang kutemui materinya belum komprehensif. Aku kemudian tergerak untuk membuat pelatihan yang bisa membantu blogger baru ataupun blogger wanna be belajar dari nol sampai menguasai medium skill.

Tujuanku saat itu sih, setelah kelar dari Blogspedia Coaching, para Cupuers bisa melanjutkan ke kelas-kelasnya BRTnetwork ataupun komunitas lain yang lebih tinggi levelnya.

Saat ini Blogspedia Coaching sudah memasuki musim ketiga. Aku tak lagi sendirian mendampingi Cupuers yang ingin serius belajar ngeblog, tetapi juga ditemani para alumni yang kupilih sebagai coach tamu.

Awalnya, aku hanya ingin menggelar pelatihan blog untuk pemula ini selama sebulan. Aku mencoba menyusun materi yang bisa kusampaikan berbekal kenekatan, materi-materi dari kelas yang pernah kuikuti sebelumnya dan keinginan untuk berbagi manfaat.

Ternyata setelah membuat list materi, kusadari sebulan tidaklah cukup. Jika satu materi dan satu penugasan diberi waktu sepekan, materi yang sudah kususun sedemikian rupa akan bisa diselesaikan dalam waktu enam bulan.

Aku merasa enam bulan terlalu lama, bisa-bisa pesertanya bosan dan berguguran di tengah jalan, wkwk. Aku kemudian merombak lagi hingga kemudian mendapat timeline yang pas.

Dalam sepekan akan ada dua materi dan penugasan. Seluruh materi bisa dituntaskan kurang lebih selama tiga bulan. Separuh dari timeline sebelumnya.

Tak kusangka banyak bloggers wanna be yang berminat mengikuti Blogspedia Coaching. Padahal aku mah siapa, blogger femes juga bukan, menang lomba juga cuma sesekali, antara senang tapi juga deg-degan. Takut jika apa yang kusampaikan jauh dari ekspektasi peserta.

Penyampaian materi menggunakan sarana Whatsapp Group (WAG) dan Google Classroom (GC). Pada batch pertama, banyak yang belum terlalu mengenal GC.

Saat itu GC belum begitu populer. Beda dengan sekarang yang sejak pandemi makin banyak menggunakan GC sebagai sarana membagikan materi dan memberikan penugasan di beberapa kelas online.

Di batch ketiga yang saat ini sedang berlangsung, aku menambahkan YouTube sebagai media penyampaian materi. Mengingat konten visual makin diminati, aku merasa video bisa menjadi sarana tambahan agar coaching bisa berjalan maksimal.

Mengunggah video YouTube tentunya membutuhkan koneksi yang stabil. Bersyukurnya aku berlangganan IndiHome, internetnya Indonesia.

Alhamdulillah batch pertama berjalan lancar pada akhir 2020, kemudian batch kedua berlangsung pada 2021 dan kini batch tiga baru berjalan separuh. Rencana awalku, setelah coaching selesai, Whatsapp Group kelas akan dibubarkan.

komunitas blogger pemula

Ternyata oh ternyata, para alumni coaching justru memohon agar tetap ada WAG sebagai sarana silaturahmi. Ya sudah, kemudian lahirlah The Cupuers of Blogspedia Group.

Agar makin bermanfaat, aku melibatkan para member WAG untuk aktif berdiskusi, saling sharing dan kenalan. Alhamdulillah, senang dikelilingi Cupuers yang merasa memiliki Blogspedia.

Mereka saling bekerjasama menghadirkan narasumber-narasumber tamu agar WAG terus hidup dan penuh ilmu. Agar semangat ngeblog nggak luntur, aku juga mensyaratkan agar anggota WAG The Cupuers posting minimal empat artikel setiap bulannya.

Jika ada yang nggak setor sesuai ketentuan, maka mereka akan dikeluarkan dari WAG sementara waktu. Boleh gabung lagi ke WAG sebulan kemudian.

Sistem ini diberlakukan agar temen-temen nggak mandheg ngeblognya. Juga agar berusaha lebih giat bertahan di WAG, jika memang merasa WAG The Cupuers bermanfaat bagi mereka.

Blogspedia Coaching adalah salah satu bukti dari manfaat internet yang kurasakan. Aku bisa bertemu dengan Cupuers dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan dari benua lain!

Tak sedikit rekan blogger yang menyayangkan karena Blogspedia Coaching digratiskan. Namun aku senang menjalaninya.

Melihat progress teman-teman dari yang awalnya belum punya blog sama sekali, kemudian bisa pasang domain dan template sendiri. Yang awalnya nulis artikel 800 kata karena terpaksa.

Sampai beberapa di antaranya bisa memenangkan lomba dan mendapat penghasilan dari blognya, menjadi kepuasan tersendiri buatku. Kepuasan yang nggak bisa diukur dengan nominal berapapun.

Naik Kelas dengan Menjadi Blogpreneur Melalui Blogspedia Group

Alih-alih memungut biaya untuk pelatihan blog pemula yang kuselenggarakan, aku justru berpikir bagaimana caranya bisa berbagi rezeki dengan member WAG The Cupuers. Selain berbagi info job yang kudapatkan dari sesama rekan blogger, aku juga merekomendasikan beberapa nama member jika ada klien yang meminta.

Namun lebih dari itu, aku ingin bisa secara rutin membagikan rezeki, meski sedikit kepada teman-teman. Lalu aku ingat Mas Doel dan blog-blognya.

Bagaimana aku memulai karirku sebagai blogger berawal dari menjadi penulis konten. Juga tentang beberapa job penulisan konten yang mulai tak sanggup aku handle sendiri. Kenapa tak melibatkan anggota WAG The Cupuers?

Sebenarnya beternak blog kulakukan tanpa sengaja. Setelah blog pertama bisa ‘mencari makan sendiri’, aku mulai membangun blog yang awalnya bernama Yuk Ngeblog ini.

Saat berencana membeli TLD untuk blog ini, celetukan teman bahwa blog ini seperti ensiklopedia untuk blogger pemula menarik perhatianku. Blogpedia, kata temanku saat itu.

Berhubung ‘Blogpedia’ sudah tak bisa diklaim domainnya. Aku kemudian menambahkan huruf ‘S’ di tengah, menjadi Blogspedia. Ternyata benar di balik sebuah nama, ada doa yang tersirat. Blog-blog berikutnya lahir satu per satu kemudian.

Blog ini awalnya hanya kugunakan untuk menyimpan tutorial blogging yang pernah kupraktekkan. Namun ternyata perlahan juga bisa menjadi sumber cuan lainnya. Alhamdulillah.

Karena aku terlampau jatuh cinta dengan namanya, Blogspedia sekaligus kujadikan branding bisnis jasa penulisan artikel yang sudah kukelola sebelumnya. Tak hanya itu Blogspedia juga kugunakan sebagai branding coaching yang kuceritakan sebelumnya.

membangun Blogspedia Group

Blogspedia kemudian membuatku bermimpi lebih besar tentang dunia blogging yang kugeluti. Aku berharap bisa membesarkannya menjadi Blogspedia Group.

Blogspedia Group akan menaungi beberapa blog yang kukelola. Sama seperti Mas Doel yang pernah merekrutku menjadi penulis konten, aku juga kini merekrut tim penulis untuk blog-blogku.

Agar tak perlu pusing menyeleksi, aku memprioritaskan para alumni Blogspedia Coaching sebagai tim penulis. Selain sudah tahu bagaimana kualitas tulisannya, aku sudah paham bagaimana karakter mereka selama berinteraksi di WAG.

Selain menjadi tim penulis bagi blog-blog yang kumiliki, tim penulis Blogspedia Group insya Allah juga akan mengerjakan proyek-proyek yang masuk dari klien. Sudah saatnya aku resign menjadi penulis konten dan memulai langkah kecil sebagai pemilik jasa penulisan konten.

Aku hanya akan mengecek kualitas tulisan dari anggota tim dan menyerahkannya kepada klien sesuai tenggat waktu yang diberikan.

Tips Memulai Bisnis Content Writing Bagi Pemula

Nah, buat Cupuers yang saat ini sedang memulai perjalanannya sebagai penulis konten, aku mau berbagi 7 tips yang semoga saja bisa memberikan tambahan semangat buat kalian.

tips membangun bisnis

1. Mulai Saja Dulu

Terkadang kenekatan itu penting, Cupuers. Sebagaimana aku mengawali perjalananku sebagai Content Writer.

Aku sama sekali belum tahu apa itu penulis konten dan bagaimana kerjanya. Hanya bermodalkan cerita dari mantan teman kantor, aku nekat melamar posisi tersebut.

Dari kenekatan itu, aku kemudian belajar bagaimana menulis artikel SEO yang baik. Bonusnya, aku jadi kenal dengan dunia blogging dan bisa mendapat sumber penghasilan lainnya.

Jadi, kalau Cupuers masih ragu-ragu apa bisa menjalaninya, hempaskan keragu-raguan itu. Niatkan sebagai sarana belajar dan meningkatkan kapasitas diri serta jam terbang.

Mulai saja dulu, tanpa mengkhawatirkan begini dan begitu. Insya Allah jika diniatkan untuk belajar, akan terbuka peluang makin besar.

2. Bangun Branding

Bangunlah branding dengan membuat akun media sosial khusus untuk layanan jasa yang Cupuers kelola. Akan lebih baik jika dipisahkan dengan media sosial personal, agar lebih profesional.

Sematkan juga di bio media sosial dan aplikasi perpesanan terkait bisnis content writing yang dikelola. Cupuers juga bisa mengganti akun Whatsapp Personal menjadi bisnis agar lebih mudah mengelola orderan.

Pilih nama dan logo yang catchy sehingga calon klien mudah mengingat. Jika bisa menyiapkan blog atau web khusus berisi informasi bisnis, semakin oke tentunya.

Tak lupa daftarkan bisnis Cupuers di Google, sehingga jika ada orang yang membutuhkan jasa penulisan konten, nama kita bisa muncul di pencarian.

3. Bangun Networking

Bergabunglah dengan banyak komunitas yang sekiranya membutuhkan jasa penulisan konten, seperti komunitas blogger, komunitas UMKM, komunitas pengusaha, dsb. Para blogger yang punya blog lebih dari satu biasanya butuh bantuan penulis konten untuk update artikel harian.

Para pelaku UMKM dan pengusaha biasanya memiliki web yang jarang diperbaharui kontennya. Tawarkan jasa kita kepada mereka dengan cara memberikan promo atau harga spesial, misalnya.

bisnis content writing semarang

4.Tunjukkan Kualitas

Ketika satu proyek atau seorang klien sudah didapat, jangan cepat merasa puas. Buat klien itu terus datang kepadamu. Repeat order, istilahnya.

Nah, biar klien mau repeat order terus-menerus, kita harus mampu menunjukkan kualitas melalui hasil tulisan yang anti plagiasi, memenuhi tenggat waktu sesuai kesepakatan dan memberikan layanan purna jual.

Jangan tunggu klien menyampaikan keluhannya. Namun tanyakan kepada mereka apakah hasil tulisan kita sudah memuaskan. Jangan sungkan-sungkan memberikan garansi revisi jika ada tulisan yang belum memuaskan.

5.Don’t Stop Learning

SEO terus berkembang, begitu juga dengan dunia digital marketing. Penting bagi seorang penulis konten untuk mengetahui hal-hal terbaru di dunia ini.

Tentu saja agar kita bisa menghasilkan tulisan yang makin berkualitas dan sesuai dengan permintaan mesin pencari zaman now. Jangan ragu untuk ‘berinvestasi pada kepala’. Ikuti kelas demi kelas yang bisa meningkatkan skill dan kapasitas diri.

6. Build Your Dream Team

Jikalau bisnis penulisan konten semakin bertumbuh, jangan ragu untuk membangun tim. Bersama-sama jauh lebih baik dibandingkan sendirian kan?

Cupuers bisa memulai membangun tim dengan orang-orang yang telah dikenal sebelumnya, sehingga dalam proses pembimbingan dan pendampingan bisa lebih mudah bekerjasama. Atau Cupuers juga bisa membuka lowongan pekerjaan lewat media sosial atau komunitas.

7. Pilih Internetnya Indonesia!

At last but not least, bekerja dan membangun jasa content writing merupakan salah satu bentuk bisnis digital. Maka mau tak mau, kita harus punya partner terbaik.

Siapakah partner terbaik itu?

Tentu saja provider internet yang bisa memberikan jaringan dan koneksi wifi stabil. Tak ada yang lebih terpercaya, selain IndiHome.

Satu-satunya penyedia jaringan internet paling luas ya tentu saja Telkom Indonesia. Mau di pojok Indonesia bagian manapun, bawah lembah, atas gunung, pesisir pantai, IndiHome selalu mudah dicari.

keunggulan IndiHome Telkom Indonesia

IndiHome, sesuai dengan nama panjangnya Indonesia Digital Home, juga punya paket beragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Mau paket yang cuma bisa buat internetan, paket yang bisa buat telepon plus internet, ataupun paket yang mengakomodasi kebutuhan internet, telepon dan TV digital pun ada.

IndiHome menunjang para pekerja rumahan, seperti content writer, untuk lebih produktif dan inovatif. Sebagai pengguna lama sejak zaman Speedy, aku tak perlu meragukan lagi deh bagaimana Telkom Indonesia bertumbuh menjadi Internetnya Indonesia!

Setelah mendengar A to Z ceritaku di atas, atau lebih tepatnya curahan hati sih, apakah Cupuers sudah menemukan benang merah antara Cogito Ergo Sum dengan Blogspedia?

Jadi, kalau Descartes punya kepercayaan bahwa ‘Aku berpikir maka aku ada.’ Akupun punya pandangan yang tak jauh berbeda.

Blogspedia Group lahir dari buah pikirku. Atas keinginan dan kebutuhanku untuk berbagi manfaat lebih luas. Juga impian demi impian yang kurajut setiap harinya.

Namun berpikir saja tidak cukup untuk membangun mimpi ini. Tanpa adanya gadget yang mumpuni dan koneksi internet yang stabil, Blogspedia Group belum tentu terlahir saat ini.

Maka lewat tulisan ini, aku mau mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada IndiHome yang sudah membantuku melahirkan dan membesarkan bisnis kecil-kecilan seorang MomBlogger Cupu. Jika pada 2013 aku tak memasang Speedy, belum tentu perjalananku sebagai seorang content writer, blogger dan blogpreneur wanna be bisa seistimewa ini.

Telkom Indonesia bukan saja menjadi saksi, tetapi juga menjadi kunci bagaimana bisnis ini berjalan from zero to hero, insya Allah.

Referensi:

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Cogito_ergo_sum
  • https://tugujatim.id/4-manfaat-menerapkan-cogito-ergo-sum/
  • https://indihome.co.id/promo/diskon-50-persen-promo-paket-indihome
  • https://indihome.co.id/about-indihome
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Speedy_(Telkom)
  • https://id.wikipedia.org/wiki/IndiHome

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*