Suara anak-anak tertawa pecah di ruang kelas sederhana di sebuah desa di Pekalongan. Tak ada WiFi, tak ada sinyal, tapi suasana belajar terasa hidup. Di depan kelas, seorang guru tersenyum sambil mengamati layar laptopnya. Ia tengah memeriksa hasil ujian digital dari siswanya — real time, tanpa koneksi internet.
Semua itu berkat inovasi dari seorang guru sekaligus pengembang teknologi pendidikan bernama Maman Sulaeman. Melalui aplikasi ciptaannya, “Penilaian Belajar Tanpa Sinyal, Tanpa Server,” ia membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bergerak. Justru, dari keterbatasan itulah lahir solusi yang berdampak besar bagi dunia pendidikan Indonesia.
Contents
- 1 Dari Kelas Desa ke Inovasi Nasional
- 2 Lahirnya Aplikasi “Tanpa Sinyal, Tanpa Server”
- 3 Sederhana, Tapi Berdampak Besar
- 4 Gerak yang Menyatukan: Kolaborasi dari Sekolah ke Sekolah
- 5 Penerima SATU Indonesia Award 2021: Pengakuan atas Gerak Nyata
- 6 Teknologi untuk Semua, dari Indonesia untuk Indonesia
- 7 Inovasi yang Lahir dari Empati
- 8 Satukan Gerak, Terus Berdampak
- 9 Jejak Dampak: Dari Lokal Menuju Nasional
- 10 Dari Guru untuk Negeri
- 11 Refleksi: Inovasi yang Menyatukan
Dari Kelas Desa ke Inovasi Nasional
Cerita Maman bermula dari pengalaman pribadinya sebagai guru IT di SMK Gondang Pekalongan. Daerah tempat mengajarnya saat itu memiliki akses internet yang terbatas. Ketika pandemi melanda pada 2020, ia melihat bagaimana murid-murid dan guru di wilayahnya kesulitan mengikuti pembelajaran daring.
“Saat itu, banyak siswa harus berjalan ke bukit atau memanjat pohon hanya untuk mencari sinyal. Ada juga yang harus menumpang rumah tetangga yang punya WiFi,” kisah Maman dalam wawancaranya bersama Digitalife.id.
Pemandangan itu menggugah hatinya. Ia sadar, teknologi seharusnya menjadi jembatan, bukan jurang pemisah antara yang punya akses dan yang tidak. Dari kegelisahan itulah, ia mulai merancang sistem pembelajaran yang bisa berjalan tanpa jaringan internet — sebuah aplikasi lokal berbasis LAN sederhana yang dapat digunakan di mana pun, bahkan di daerah paling pelosok sekalipun.
Lahirnya Aplikasi “Tanpa Sinyal, Tanpa Server”
Selama berbulan-bulan, Maman mengutak-atik kode di sela waktu mengajarnya. Ia menggunakan perangkat sederhana — laptop pribadi dan software open-source.
Akhirnya, lahirlah TCExam Mobile Friendly Computers Based Test untuk Asesmen Kompetensi Minimum (TMFCBT for AKM), sebuah aplikasi ujian berbasis komputer yang memungkinkan guru dan siswa melakukan penilaian digital tanpa membutuhkan jaringan internet atau server eksternal.
Cara kerjanya sederhana tapi brilian:
- Guru hanya perlu membuat soal di laptop.
- Laptop guru bertindak sebagai “server lokal.”
- Siswa dapat mengakses ujian melalui jaringan WiFi lokal yang otomatis dibuat oleh aplikasi.
- Setelah ujian selesai, nilai langsung terkirim ke perangkat guru secara otomatis.
Tanpa perlu sinyal, tanpa langganan internet, tanpa infrastruktur mahal. Hanya dengan semangat inovasi dan kepedulian terhadap pendidikan.
Sederhana, Tapi Berdampak Besar
Maman tidak bekerja di laboratorium canggih. Ia tidak memiliki tim riset besar atau dukungan modal besar. Tapi semangatnya untuk mencari solusi bagi rekan-rekan guru di pelosok membuat ia tak menyerah.
“Saya hanya ingin membantu guru-guru lain agar tidak kesulitan menilai hasil belajar anak didiknya,” ujarnya rendah hati dalam wawancara yang dikutip dari blog Human Education Centre.
Hasilnya luar biasa! Aplikasi TMFCBT kini digunakan oleh ratusan sekolah di berbagai daerah di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah dengan koneksi internet lemah — dari Ciamis, Garut, Tasikmalaya, hingga pelosok Nusa Tenggara Timur.
Para guru bisa melakukan ujian digital tanpa repot mengunggah ke server, dan siswa tidak lagi harus mengungsi ke tempat tinggi untuk mencari sinyal.
Inovasi ini tak hanya meningkatkan efisiensi belajar, tapi juga menumbuhkan rasa percaya diri di kalangan pendidik lokal — bahwa mereka juga bisa berinovasi, berkontribusi, dan berdampak.
Gerak yang Menyatukan: Kolaborasi dari Sekolah ke Sekolah
Yang membuat Maman berbeda bukan hanya temuannya, tapi cara ia membagikannya. Ia tak menyimpan hasil inovasinya untuk diri sendiri. Ia justru membuka akses seluas mungkin agar guru lain bisa memanfaatkan dan mengembangkan aplikasi ini secara gratis.
Melalui pelatihan dan workshop daring, Maman secara sukarela melatih ribuan guru dari berbagai provinsi untuk mengoperasikan aplikasi TMFCBT. Ia bahkan menyediakan panduan penggunaan dan video tutorial di media sosial dan situs pribadinya, agar siapa pun bisa belajar dengan mudah.
Inilah esensi nyata dari tema “Satukan Gerak, Terus Berdampak.” Maman menggerakkan bukan hanya teknologi, tapi juga hati para guru — untuk terus belajar, berinovasi, dan saling menguatkan.
Ia percaya bahwa pendidikan Indonesia akan maju bukan karena satu orang jenius, tapi karena gerak bersama para pendidik yang saling mendukung.
Penerima SATU Indonesia Award 2021: Pengakuan atas Gerak Nyata
Tahun 2021 menjadi tonggak penting dalam perjalanan Maman. Inovasinya mendapat perhatian luas dan akhirnya mengantarkannya meraih SATU Indonesia Award 2021 kategori Teknologi dari PT Astra International Tbk.
Penghargaan ini bukan sekadar simbol prestasi, melainkan pengakuan atas dedikasi guru desa yang berhasil menjembatani kesenjangan digital pendidikan Indonesia.
Dalam sambutannya, Maman menyampaikan pesan menyentuh:
“Inovasi bukan soal canggih atau mahal. Inovasi adalah tentang bagaimana kita bisa membuat hidup orang lain lebih mudah.”
Pesan itu menggema kuat di dunia pendidikan. Bagi Maman, penghargaan bukan akhir, melainkan awal dari gerak yang lebih besar. Sejak saat itu, ia terus mengembangkan aplikasi dengan berbagai fitur baru — dari sistem ujian esai, rekap nilai otomatis, hingga integrasi dengan kurikulum Merdeka Belajar.
Teknologi untuk Semua, dari Indonesia untuk Indonesia
Aplikasi ciptaan Maman kini menjadi solusi konkret bagi ribuan guru di pelosok. Beberapa daerah bahkan menjadikannya sebagai bagian dari sistem evaluasi belajar resmi di sekolah-sekolah.
Melalui situs Cumikriting.com dan Papibunda.com, banyak guru menceritakan pengalaman mereka menggunakan aplikasi TMFCBT. Salah satunya dari sekolah di daerah Tegal yang mengatakan:
“Kami tak lagi khawatir listrik padam atau jaringan hilang. Ujian tetap bisa jalan, dan anak-anak jadi lebih tenang.”
Maman juga bekerja sama dengan komunitas edukasi dan lembaga swasta untuk memperluas jangkauan pelatihan. Kini, TMFCBT telah memiliki versi mobile yang bisa diakses melalui smartphone tanpa aplikasi tambahan.
Baginya, setiap inovasi kecil yang memudahkan guru berarti satu langkah maju dalam pemerataan pendidikan.
Inovasi yang Lahir dari Empati
Menariknya, Maman tak hanya ahli dalam teknologi, tapi juga dalam empati. Ia selalu menempatkan kebutuhan siswa dan guru di garis depan setiap pengembangan fitur. Ia sering turun langsung ke sekolah-sekolah pelosok untuk mendengar keluhan mereka, mencatat kendala, lalu mencari solusi.
Di beberapa wilayah, ia bahkan harus menempuh jalan berbatu berjam-jam hanya untuk mendemonstrasikan aplikasi ke sekolah terpencil. Tapi baginya, kelelahan itu terbayar lunas ketika melihat senyum guru yang berkata, “Ternyata kami juga bisa digital.”
“Kalau kita tidak datang, siapa yang akan bantu mereka? Saya percaya, teknologi baru akan berarti kalau sampai ke tangan yang membutuhkan,” ujar Maman dalam wawancara bersama Indonesiana.id.
Satukan Gerak, Terus Berdampak
Gerak Maman tak berhenti di situ. Ia kini membentuk Forum Guru Digital Tanpa Sinyal, wadah bagi guru-guru pengguna aplikasi TMFCBT untuk berbagi pengalaman dan saling membantu. Forum ini berkembang menjadi komunitas belajar lintas daerah yang rutin mengadakan webinar, pelatihan, dan mentoring inovasi pembelajaran.
Dari sinilah muncul banyak “Maman Sulaeman” baru: guru-guru muda yang terinspirasi untuk menciptakan teknologi sederhana namun berdampak. Ada yang mengembangkan sistem absen digital tanpa internet, ada pula yang menciptakan e-modul interaktif berbasis lokal server.
Maman menyebutnya sebagai efek berantai kebaikan. “Saya hanya menyalakan lilin kecil. Tapi ketika orang lain ikut menyalakan lilinnya, Indonesia jadi lebih terang,” tuturnya.
Jejak Dampak: Dari Lokal Menuju Nasional
Kini, aplikasi TMFCBT telah digunakan oleh lebih dari 2.500 guru dan 10.000 siswa di seluruh Indonesia. Beberapa lembaga pendidikan dan universitas bahkan menjadikan inovasi ini sebagai bahan penelitian dan model pengajaran di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Selain itu, Maman juga aktif berbagi ilmu dalam berbagai forum nasional seperti Festival Inovasi Guru, Seminar Digital Education, hingga Program Astra untuk Pendidikan Daerah Terpencil.
Setiap langkahnya menunjukkan satu hal: bahwa perubahan besar dalam pendidikan tidak harus datang dari kota besar. Kadang, perubahan itu tumbuh dari desa kecil, dari tangan seorang guru yang peduli, dan dari semangat untuk terus bergerak meski dalam keterbatasan.
Dari Guru untuk Negeri
Maman percaya bahwa teknologi hanyalah alat. Yang terpenting adalah niat untuk menghadirkan manfaat. Ia menolak tawaran komersialisasi aplikasinya dan memilih tetap menjadikannya open source agar siapa pun bisa mengaksesnya tanpa biaya.
“Kalau aplikasi ini bisa membantu satu sekolah saja tetap belajar, saya sudah bahagia,” katanya dengan senyum khasnya.
Ia mengingatkan kita bahwa inovasi terbaik bukan yang paling viral, tapi yang paling berguna. Dan bagi ribuan anak di pelosok negeri, karya Maman adalah jembatan menuju masa depan yang lebih setara.
Refleksi: Inovasi yang Menyatukan
Cerita Maman Sulaeman bukan hanya tentang teknologi, melainkan tentang gerak kemanusiaan. Tentang seorang guru yang tak ingin menyerah pada keadaan, dan memilih bergerak agar orang lain bisa tetap belajar.
Ia menyatukan banyak hati dalam satu tujuan — agar pendidikan tidak berhenti hanya karena sinyal tak datang.
Seperti tema Anugerah Pewarta Astra 2025, kisah Maman adalah bukti bahwa gerak kecil bisa menciptakan dampak besar. Ia menunjukkan bahwa ketika niat baik bersatu dengan aksi nyata, teknologi bisa menjadi jembatan yang memanusiakan.
Dan dari tangan seorang guru desa, lahirlah inovasi yang membuat Indonesia melangkah lebih setara — tanpa sinyal, tanpa server, tapi penuh makna.***
#APA2025-Blogspedia
Sumber Referensi:
- Digitalife.id – Bergerak dan Berdampak dengan Aplikasi Pembelajaran Tanpa Sinyal, Tanpa Server
- Human Education Centre – Maman Sulaeman Permudah Siswa Belajar dengan Aplikasi Tanpa Sinyal, Tanpa Server
- Viva.co.id – Maman Sulaeman, Pencipta Aplikasi Penilaian Belajar Tanpa Sinyal dan Server
- Indonesiana.id – Metode Pembelajaran Baru dari Maman Sulaeman
- Indonesiana.id – Inovasi Keren Aplikasi Penilaian Belajar Tanpa Sinyal Tanpa Server
- IDN Times Jateng – Aplikasi Tanpa Sinyal dan Server Buah Kreativitas Maman
- Cumikriting.com – Maman Sulaeman, Pengembang Aplikasi
- Fennibungsu.com – TMFCBT, Aplikasi Tanpa Sinyal Server
- Papibunda.com – Maman Sulaeman, Pengembang Aplikasi Tanpa Sinyal Tanpa Server








